Kerajaan Banten: Sejarah, Silsilah, Raja, Keruntuhan, Peninggalan

Silsilah Kerajaan Banten

Kerajaan Banten adalah salah satu kerajaan Islam yang terbesar di Pulau Jawa dan juga Nusantara. Kerajaan ini bahkan menjadi pusat peradaban Islam di tanah Sunda. Didirikan oleh Sunan Gunung Jati yang berhasil merebut Sunda Kelapa dari tangan Portugis. Kejayaan kerajaan Banten dapat ditelusuri melalui perjalanan sejarah dan juga peninggalan-peninggalannya.

Kerajaan Banten Sejarah, Silsilah, Raja, Keruntuhan, Peninggalan

Sejarah Kerajaan Banten

Pada awal abad ke-16 Kerajaan Padjajaran memiliki pelabuhan-pelabuhan penting dan strategis seperti Banten, Sunda Kelapa, dan juga Cirebon. Namun Raja Padjajaran melakukan kerjasama dengan pihak Portugis. Mereka mengizinkan Portugis untuk mendirikan kantor dagang dan juga benteng pertahanan di wilayah Sunda Kelapa. Akibatnya seluruh perekonomian kemudian dikuasai oleh Portugis.

Sultan Trenggono yang merupakan raja Kerajaan Demak merasa resah dengan kekuatan Portugis di Sunda Kelapa. Akhirnya Beliau mengutus panglima perang Kerajaan Demak yaitu Fatahillah untuk mengusir Portugis di Sunda Kelapa. Akhirnya pada tanggal 22 Juni 1527, pasukan Demak yang dipimpin oleh Fatahillah berhasil mengalahkan dan mengusir Portugis dari Sunda Kelapa.

Seluruh pantai utara daerah Jawa Barat berhasil dikuasai oleh Fatahillah dan pasukannya. Fatahillah kemudian mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta yang artinya kota kemenangan. Kini nama Jayakarta berubah menjadi Jakarta dan tanggal 22 Juni diperingati sebagai hari lahir ibukota Indonesia ini.

Setelah berhasil menguasai seluruh daerah pesisir Jawa Barat, Fatahillah kemudian juga menyebarkan agama Islam. Fatahillah kemudian menjadi ulama besar atau salah satu wali songo yang bergelar Sunan Gunung Jati. Beliau menyebarkan agama Islam di daerah Cirebon, sedangkan putranya yaitu Hasanudin diangkat sebagai penguasa wilayah Banten dan Pasarean menjadi penguasa Cirebon.

Agama Islam bisa berkembang pesat di wilayah Jawa Barat. Bersamaan dengan kemajuan syiar agama Islam, Banten berubah menjadi negara bagian dari kerajaan Demak. Banten kemudian melepaskan diri dan menjadi kesultanan yang mandiri ketika Kerajaan Demak mengalami kemunduran karena kalah perang dari Kerajaan Pajang.

Kerajaan Banten secara geografis terletak di bagian pesisir utara Jawa Barat. Wilayahnya sendiri mencakup sebagian besar pantai utara Jawa Barat dan juga Lampung. Pada masa kejayaannya, Kerajaan Banten menjadi pusat jalur perdagangan dan pelayaran yang melewati Selat Sunda. Apalagi ketika Selat Malaka dikuasai oleh Portugis, Banten menjelma menjadi pusat perdagangan yang besar.

Sultan Hasanuddin yang merupakan putra Fatahillah menjadi sultan pertama kerajaan Banten. Pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin inilah Banten berhasil memperluas kekuasaan wilayah sampai ke daerah Lampung. Setelah wafat pada tahun 1570, kekuasaan diteruskan oleh Maulana Yusuf (1570-1580).

Pada masa Sultan Maulana Yusuf inilah Banten menaklukkan kekuasaan kerajaan Padjajaran di tahun 1579. Para pendukung setia kerajaan Padjajaran yang tidak mau memeluk agama Islam kemudian menyingkir ke daerah pedalaman Banten Selatan dan kini dikenal dengan Suku Badui. Pada masa ini pula para petinggi/bangsawan Sunda memeluk agama Islam.

Kerajaan Banten berhasil mencapai kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1682). Pada masa ini, Banten menjelma menjadi kesultanan Islam terbesar di Nusantara. Sultan Ageng Tirtayasa sangat menentang kekuasaan VOC di wilayahnya, sehingga waktu itu Banten dianggap sebagai saingan dan musuh besar VOC.

Pengertian Tumbuhan Berbiji Terbuka dan Tertutup

Kerajaan Banten mulai mengalami kemunduran ketika putra Sultan Ageng Tirtayasa yang bernama Sultan Haji berkuasa. Sultan Haji yang lebih condong memihak VOC meminta bantuan penjajah ini untuk menggulingkan kekuasaan ayahnya. Sejak saat itulah Banten menjadi kerajaan yang mulai dikuasai oleh pemerintah Hindia Belanda.

Silsilah Kerajaan Banten

Silsilah Kerajaan Banten

 

  1. Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati atau Fatahillah

Keturunannya:

Ratu Pambayun

Pangeran Pasarean

Pangeran Jayalalana

Maulana Hasanuddin

Pengeran Bratakelana

Ratu Winaon

Pangeran Turusmi

  1. Pangeran Hasanuddin (Sultan Kerajaan Banten Pertama)

Keturunannya:

Dari istri: Nyi Ayu Kirana

Anak: Ratu Fatimah

Pangeran Yusuf (Calon Sultan berikutnya)

Pangeran Arya Jepara

Dari istri: Raja Indra Putra

Anak: Pangeran Sabrang Wetan

Dari istri: Putri Demak

Anak: Pangeran Suniraras

Pangeran Pajajaran

Pangeran Pringgalaya

Ratu Ayu Makudarage

Anak dari selir:

  • Pangeran Jaga Lautan Pulau Cangkir Kronjo
  • Ratu Keben
  • Ratu Terpenter
  • Ratu Wetan
  • Ratu Biru
  • Ratu Ayu Arsanengah
  • Pangeran Pajajaran Wadho
  • Tumenggung Walatika
  1. Maulana Yusuf atau Panembahan Pakalangan Gede (berkuasa 1570-1580)

Keturunannya:

  • Pangeran Arya Upapati
  • Pangeran Arya Adikara
  • Pangeran Arya Ranamanggala
  • Pangeran Arya Seminingrat
  • Ratu Demang
  • Ratu Pacatanda
  • Pangeran Widara
  • Pangeran Manduraraja
  • Maulana Muhammad (Calon Sultan berikutnya)
  • Ratu Belimbing
  1. Maulana Muhammad Pangeran Ratu Ing Banten (berkuasa tahun 1580 – 1596)

Keturunannya:

Pangeran Abdul Mufakir Mahmud Kadir Kenari

  1. Sultan Abdul Kadir (berkuasa tahun 1596 – 1647)

Keturunannya:

  • Sultan Abdul Maali Ahmad Kenari (sebagai putra mahkota)
  • Ratu Dewi
  • Ratu Ayu
  • Ratu Mirah
  • Ratu Belimbing
  • Ratu Gedong
  • Pangeran Arya Banten
  • Pangeran Sudamanggala
  • Pangeran Ranamanggala
  • Pangeran Arya Manduraja
  • Pangeran Kidul
  • Pangeran Seminingrat
  • Pangeran Arya Wiratmika
  • Pangeran Arya Danuwangsa
  • Pangeran Arya Prabangsa
  • Pangeran Arya Wirasuta
  • Ratu Dalem
  • Ratu Lor
  • Ratu Kidul
  • Ratu gading
  • Ratu Pandan
  • Ratu Hafsah
  • Ratu Pojok
  • Ratu Pacar
  • Ratu Bangsal
  • Ratu Hasanah
  • Ratu Salamah
  • Ratu Kelumpuk
  • Ratu Husaenah
  • Ratu Jiput
  • Ratu Wuragil
  • Pangeran Arya Sutakusuma
  • Pangeran Arya Jaya Sentika
  • Pangeran Arya Adiwangsa
  1. Sultan Abdul Maali Ahmad Kenari (berkuasa tahun 1647 – 1651)

Keturunannya:

  • Abul Fath Abdul Fattah (penerus tahta berikutnya)
  • Ratu Penenggak
  • Ratu Nengah
  • Ratu Wijil
  • Ratu Puspita
  1. Sultan Ageng Tirtayasa atau Abu fath Abdul Fatah (berkuasa tahun 1651 – 1682)

Keturunannya:

  • Sultan Haji (penerus tahta berikutnya)
  • Pangeran Arya Abdul Alim
  • Pangeran Arya Ingayudadipura
  • Pangeran Arya Purbaya
  • Pangeran Sugiri
  • Tubagus Rajaputra
  • Tubagus Sugiri
  • Tubagus Husain
  • Raden Mandakara
  • Raden Rum
  • Raden Mesir
  • Raden Saleh
  • Raden Muhsin
  • Raden Muhammad
  • Tubagus Muhammad Athif
  • Tubagus Wetan
  • Tubagus Abdul
  • Ratu Raja Mirah
  • Ratu Ayu
  • Ratu Marta
  • Ratu Kidul
  • Ratu Adi
  • Ratu Ummu
  • Ratu Hadijah
  • Ratu Habibah
  • Ratu Fatimah
  • Ratu Nasihah
  • Ratu Asyiqoh
  • Tubagus Kulon
  1. Sultan Abu Nasr Abdul Kahhar atau Sultan Haji (berkuasa tahun 1683 – 1687)

Keturunannya:

  • Sultan Abdul Fadhal
  • Sultan Abul Mahasin
  • Pangeran Muhammad Tahir
  • Pangeran Jafaruddin
  • Pangeran Fadluddin
  • Ratu Muhammad Alim
  • Ratu Ratu Hamimah
  • Pangeran Kesatrian
  • Ratu Mumbay
  • Pangerang Fadludin
  1. Sultan Abdul Fadhl (berkuasa tahun 1687 – 1690)

Tidak memiliki keturunan

  1. Sultan Abul Mahasin Zainul Abidin (berkuasa tahun 1690 – 1733)

Keturunannya:

  • Sultan Muh. Syifa (penerus tahta berikutnya)
  • Sultan Muh. Wasi’
  • Pangeran Yusuf
  • Pangeran Muh. Saleh
  • Ratu Samiyah
  • Ratu Komariyah
  • Pengeran Ardikusuma
  • Pangeran Tumenggung
  • Pangeran Anom Moh. Nuh
  • Ratu Fatimah Putra
  • Ratu Badriyah
  • Ratu Jabariyah
  • Pangeran Mandunegara
  • Pangeran Jaya Sentika
  • Pangeran Abu Hasan
  • Pangeran Dipati Banten
  • Pangeran Ariya
  • Raden Nasut
  • Raden Maksarudin
  • Pangeran Dipakusuma
  • Ratu Siti Adirah
  • Ratu Afifah
  • Ratu Safiqoh
  • Tubagus Abdurrahman
  • Tubagus Wirakusuma
  • Tubagus Mahaim
  • Tubagus Abdul Jalal
  • Raden Rauf
  • Ratu Hayati
  • Ratu Muhibah
  • Raden Putra
  • Ratu Halimah
  • Ratu Saidah
  • Ratu Satijah
  • Ratu Adawiyah
  • Tubagus Sahib
  • Ratu Afiyah Ratnaningrat
  • Tubagus Jamil
  • Tubagus Sajan
  • Tubagus Haji
  • Ratu Thobiyah
  • Ratu Khairiyah Kumudaningrat
  • Pangeran Rajaningrat
  • Tubagus Jahidi
  • Tubagus Abdul Aziz
  • Pangeran Raja Santika
  • Tubagus Kalamudin
  • Tubagus Abunasir
  • Raden Darmakusuma
  • Raden Hamid
  • Ratu Siti Sa’ban Kusumaningrat
  • Tubagus Abunasir
  • Tubagus Muh. Said
  • Raden Hamid
  • Raden Darmakusuma
  • Ratu Sifah
  • Ratu Minah
  • Ratu Sehah
  • Ratu Azizah
  • Ratu Suba
  1. Sultan Muhammad Syifa Zainul Arifin (berkuasa tahun 1733 – 1750)

Keturunannya:

  • Sultan Muh. Arif
  • Ratu Ayu
  • Tubagus Hasanudin
  • Raden Raja Pangeran Rajasantika
  • Pangeran Muh. Rajasantika
  • Ratu Afiyah
  • Ratu Sadiyah
  • Ratu Halimah
  • Ratu Hayati
  • Tubagus Abu Khair
  • Tubagus Muh. Shaleh
  1. Sultan Syarifuddin Artu Wakil (berkuasa tahun 1750 – 1752)

Tidak memiliki keturunan

  1. Sultan Muhammad Wasi’ Zainul Alimin (berkuasa tahun 1752 – 1753

Tidak memiliki keturunan

  1. Sultan Muhammad Arif Zainul Asyikin (berkuasa tahun 1753 – 1773)

Keturunannya:

  • SultanAbul Mufakhir Muh. Aliyudin (penerus tahta berikutnya)
  • Sultan Muhdiyin Zainusholihin
  • Pangeran Manggala
  • Pangeran Suramanggala
  • Pangeran Suralaya
  1. Sultan Abul Mafakhir Muh. Aliyuddin (berkuasa tahun 1773 – 1799)

Keturunannya:

  • Sultan Muh. Ishaq Zainul Muttaqin
  • Sultan Agiluddin
  • Pangeran Darma
  • Pangeran Muh. Abbas
  • Pangeran Yali
  • Pangeran Musa
  • Pangeran Ahmad
  1. Sultan Muhyiddin Zainusholihin (berkuasa tahun 1799 – 1801)

Keturunannya:

Sultan Muh. Shafiuddin

  1. Sultan Muhammad Izhaq Zainul Muttaqin (berkuasa tahun 1801 – 1802)
  2. Sultan Wakil Pangeran Natawijaya (berkuasa tahun 1802)
  3. Sultan Agilluddin atau Sultan Aliyuddin 2 (berkuasa tahun 1803 – 1808)
  4. Sultan Wakil Pangeran Suramanggala (berkuasa tahun 1808 – 1809)
  5. Sultan Muhammad Syafiuddin (berkuasa tahun 1809 – 1813)
  6. Sultan Muhammad Rafiuddin (berkuasa tahun 1813 – 1820)

Raja Kerajaan Banten

  1. Sultan Hasanuddin

Pada saat kerajaan Demak mengalami perebutan kekuasaan, wilayah Cirebon dan Banten yang awalnya menjadi negara bagian Banten kemudian masing-masing berusaha untuk melepaskan diri. Akhirnya 2 wilayah ini bisa lepas dari pengaruh Demak dan bisa menjadi kerajaan berdaulat. Sultan Hasanuddin yang merupakan putra Fatahillah kemudian menjadi sultan Banten pertama.

Sultan Hasanuddin berkuasa sejak tahun 1552 – 1570 Masehi. Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Banten berhasil menguasai Lampung dan menjadi penghasil rempah-rempah. Banten juga berhasil menguasai pelabuhan dan Selat Sunda sebagai jalur utama perdagangan rempah-rempah.

  1. Maulana Yusuf

Maulana Yusuf merupakan putra dan penerus tahta Sultan Hasanuddin. Beliau memerintah Kerajaan Banten sejak 1570 – 1580 Masehi. Pada masa pemerintahannya ini, kerajaan Hindu Pajajaran berhasil ditaklukkan dan para pengikut setianya melarikan diri ke pegunungan di wilayah Banten selatan.

  1. Pangeran Ratu atau Abdul Mufakhir

Pangeran Ratu diangkat sebagai raja sejak usia 5 bulan. Pemerintahan dijalankan oleh Mangkubumi Ranamanggala sampai Pangeran Ratu dewasa. Pada masa pemerintahannya ini (tahun 1596 – 1651) pertama kalinya Belanda pimpinan Cornelis de Houtman mendarat di Banten, tepatnya pada tanggal 22 Juni 1596.

  1. Sultan Ageng Tirtayasa

Banten mengalami kemajuan yang sangat pesat dan memasuki masa keemasan ketika dipimpin oleh Sultan Ageng Tirtayasa pada tahun 1651 – 1682. Sultan Ageng Tirtayasa senantiasa memperluas daerah kekuasaan Banten hingga tahun 1671 M. Beliau juga dikenal sebagai sultan yang sangat menentang keberadaan Belanda dan juga VOC di Jawa Barat.

Sultan Ageng Tirtayasa mengangkat putranya yang bernama Sultan Haji atau Sultan Abdul Kahar sebagai pembantu raja. Namun pada akhirnya Sultan Haji justru berhianat dengan menjalin kerjasama dengan Belanda.

Keruntuhan Kerajaan Banten

Kerajaan Banten mulai mengalami kemunduran dan keruntuhan sejak mengalami perang saudara. Sultan Haji yang bersahabat dekat dengan Belanda akhirnya mendapatkan bantuan untuk bisa menggulingkan tahta ayahnya sendiri yaitu Sultan Ageng Tirtayasa. Perang saudara pun tak bisa dihindarkan di Banten.

Akhirnya Sultan Ageng Tirtayasa bersama dengan 2 putranya yaitu Syeikh Yusuf dan Pangeran Purbaya harus menyelamatkan diri dengan mengungsi ke wilayah pedalaman Sunda. Namun akhirnya Sultan Ageng berhasil ditemukan dan ditangkap pada tanggal 14 Maret 1683 di Batavia.

2 putra Sultan Ageng Tirtayasa juga berhasil ditangkap oleh VOC. Syeikh Yusuf berhasil ditangkap pada tanggal 14 Desember 1683. Pangeran Purbaya yang merasa terdesak akhirnya juga harus menyerahkan diri setelah mengetahui bahwa ayah dan saudaranya telah tertangkap.

Sebagai balas jasa atas bantuan VOC, Sultan Haji menyerahkan wilayah Lampung kepada VOC. Pada tanggal 22 Agustus 1682 kemudian ada surat perjanjian antara VOC dan Banten yang menyatakan bahwa hak monopoli lada ada di tangan VOC.

VOC berhasil menguasai daerah Banten ketika Sultan Haji meninggal pada tahun 1687M. Dengan peristiwa ini, maka pengangkatan sultan Banten kemudian harus mendapatkan persetujuan dari pihak Gubernur Jendral Hindia Belanda yang berkedudukan di Batavia.

Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad bin Muhammad Muhyidin Zainussalam (tahun 1808-1810), Kerajaan Banten diserang oleh Belanda. Penyerangan ini terjadi karena akan dibangun jalan poros utara Jawa Barat dan Banten di bawah pemerintahan Sultan Muhammad tidak mau memindahkan ibukota kerajaannya ke wilayah Anyer. Perang ini menyebabkan Banten runtuh pada tahun 1813.

Peninggalan Kerajaan Banten

  1. Masjid Agung Banten

Masjid ini dibangun pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin yaitu pada tahun 1652. Masjid ini sangat unik karena desain arsitekturnya yang merupakan perpaduan budaya antara China dan juga Arab. Atap masjid ini menyerupai bentuk pagoda sedangkan di serambi kanan kiri masjid dibangun menara seperti mercusuar tinggi. Di area kompleks masjid juga terdapat pemakaman para sultan.

Masjid Agung Banten merupakan satu diantara 10 masjid tertua yang ada di Indonesia. Meskipun sudah mengalami beberapa kali perbaikan, namun bentuk asli dan juga unsur sejarah dari masjid ini masih terus dilestarikan dan menjadi bukti kebesaran Islam di tanah Sunda.

  1. Istana Keraton Kaibon

Istana ini merupakan bekas tempat tinggal Ratu Aisyah yang merupakan ibunda dari Sultan Syaifuddin. Saat ini bangunan ini hanya tinggal reruntuhannya saja karena dulu dihancurkan oleh Gubernur Inggris Daendels saat terjadi perang antara pihak penjajah dengan kerajaan Banten.

  1. Benteng Speelwijk

Benteng ini dibangun pada tahun 1585 sebagai bentuk pertahanan dari serangan laut. Tembok benteng dibangun sangat tinggi yaitu 3 meter dengan mercusuar pengawas. Selain sebagai bentuk pertahanan, benteng ini juga dibangun untuk mengawasi aktivitas pelayaran di seputar pantai utara Banten.

  1. Danau Tasikardi

Danau buatan ini dibangun pada masa pemerintahan Sultan Maulana Yusuf (1570-1580M). Danau ini dulunya dibuat dengan dasar yang dilapisi batu bata dan ubin. Namun kini lapisan dasar batu bata dan ubin sudah tertutup sedimen lumpur yang berasal dari sungai. Dulu danau ini memiliki luas sekitar 5 hektar dan berfungsi sebagai sumber air utama bagi lingkungan istana Kaibon.

Selain sebagai sumber air di istana, danau ini juga dimanfaatkan sebagai sumber saluran irigasi untuk daerah persawahan di sekitar istana Kaibon. Kini danau ini dimanfaatkan sebagai daerah resapan air.

  1. Meriam Ki Amuk

Di dalam Benteng Speelwijk terdapat sebuah meriam bersejarah yang diberi nama Meriam Ki Amuk. Meriam ini adalah salah satu yang terbesar dan terunik di dalam benteng tersebut. Meriam ini dinamakan Ki Amuk karena konon memiliki daya ledak tinggi dan tembakannya sangat jauh. Meriam ini adalah hasil rampasan perang melawan pemerintah Hindia Belanda.

  1. Peninggalan Lain

Kerajaan Banten juga meninggalkan beberapa peninggalan bersejarah yang bukan berbentuk bangunan. Misalnya saja ada keris naga sasra, keris panunggul naga, dan mahkota Binokasih. Kini benda-benda bersejarah peninggalan kerajaan Banten ini terawatt dengan baik di Museum Kota Banten.